Rumah Adat Dari Bandar Lampung
Bertahan saat Letusan Krakatau
Dalam penelitian berjudul Rumah Tradisional Lamban Pesagi Lampung Barat, diceritakan bahwa pada abad ke-19, Gunung Krakatau meletus dan mengakibatkan banyak bangunan porak poranda hingga memakan ribuan korban jiwa.
Namun, terdapat rumah adat yang hanya mengalami sedikit kerusakan dan struktur bangunannya masih utuh.
Rumah adat yang masih kokoh tersebut ialah rumah adat Lamban Dalom dari Marga Balak di Kabupaten Lampung Barat.
Padahal, usia bangunan tersebut hampir 100 tahun.
Bahkan, sebagian besar rumah adat Nuwo Sesat pun hingga kini adalah bangunan asli yang sudah dibangun sejak sebelum abad ke-19.
Ciri Khas Nuwou Sesat
Menurut buku oleh DC Tyas tadi, nuwou sesat memiliki ciri khas, di antaranya adalah ada bagian-bagian berikut:
Ijan geladak adalah tangga masuk yang dilengkapi dengan atap yang bernama rurung agung, dengan hiasan payung besar. Payung tersebut berwarna putih, kuning, dan merah. Adapun lambang dari warna tersebut adalah tingkat keseimbangan masyarakat Lampung, yaitu:
Bagian selanjutnya yaitu anjungan yang merupakan serambi. Serambi ini biasanya digunakan untuk pertemuan-pertemuan kecil.
Ruang ini biasanya digunakan untuk menyimpan talo balak. Talo balak adalah alat musik tradisional dari Lampung yang bentuknya mirip dengan kolintang.
Ruang ini merupakan ruang yang digunakan sebagai tempat istirahat bagi para penyimbang atau pemimpin warga.
Selain itu, mengutip buku Rumah Adat Nusantara terbitan Kemdikbud, sebagian besar bahan dari nuwou sesat ini terbuat dari kayu. Bentuk rumahnya yang seperti panggung sendiri bertujuan untuk menghindari serangan hewan, bentuk panggung tersebut juga akan membuat rumah menjadi semakin kokoh apabila terjadi gempa bumi.
Lantai rumah dari kayu
Keunikan lainnya yang bisa kamu temukan pada rumah adat satu ini yaitu pada lantai rumah yang terbuat dari material kayu khesi dan kayu bambu yang membuat material lantainya kuat dan kokoh.
Selain berfungsi sebagai lantai, kayu khesi dan bambu ini juga digunakan sebagai dinding dengan disusun sejajar.
Pintu dari rumah adat Lampung terbilang sangat unik karena rumah dilengkapi dengan pintu dari kayu yang dipotong dan disambung dengan engsel serta rangka besi yang membentuk balok ganda yang berukuran besar.
Sehingga untuk membuka pintu rumah ini dibutuhkan tenaga yang kuat. Selain itu, desain untuk jendela rumah adat ini juga dibuat sama namun dengan ukuran yang lebih kecil.
Ragam Penamaan Rumah Adat Lampung
Seperti yang sudah dikatakan di awal, rumah adat di Lampung memiliki sejumlah penyebutan, di antaranya lamban, nowou, dan lambahan. Lamban merupakan istilah nama yang banyak dipakai orang Lampung dari suku Saibatin atau dikenal dengan Lampung Pesisir. Sedangkan istilah nowou dan lambahan berasal dari masyarakat Lampung yang beradat Pepadun.
Baik lamban, nowou, maupun lambahan merupakan istilah untuk menyebut rumah tinggal biaya masyarakat Lampung.
Adapun untuk rumah adat Lampung dibagi menjadi dua jenis, yakni pesagi untuk rumah adat yang bentuknya persegi dan mahanyuk'an yang bentuknya persegi panjang. Masing-masing memiliki perbedaan yang unik dan menarik untuk diketahui, yang mana sudah kami bahas dalam ulasan di bawah ini.
Baca juga : 9 Rumah Adat Sumatera Utara yang Masih Lestari
Selain itu, Lampung memiliki rumah adat lambahan gedung yang juga dikenal dengan istilah bandar agung. Ada pula rumah adat yang ditujukan untuk tempat tinggal sementara dengan cukup banyak sebutan, di antaranya ialah anjung, sapeu, kepalas, kubu yang mana semuanya merupakan satu jenis rumah adat yang sama.
Ingin mengetahui seperti apa rumah adat yang namanya macam-macam itu? Simak terus sampai akhir!
Bagian Rumah Adat Lampung Nuwo Sesat
Rumah adat satu ini memiliki material utama yang terbuat dari kayu dengan desain bentuk rumah menyerupai rumah panggung.
Bagian dalam rumah memiliki beberapa bagian dengan fungsi dan filosofi masing-masing. Di antaranya :
Ijan Geladak adalah pintu masuk ke rumah. Bentuknya menyerupai tangga yang disebut Rurung Agung.
Dalam upacara adat, para penjaga menggunakan bagian itu untuk menjaga pintu masuk. Bahkan pada upacara-upacara tertentu, tamu-tamu penting disambut dengan tarian sebelum menuju ke Ijan Geladak.
Setelah menaiki tangga atau Ijan Geladak kamu akan langsung menuju Anjungan atau serambi.
Tempat ini biasanya digunakan untuk melakukan musyawarah atau sekedar beristirahat sambil menikmati angin sepoi-sepoi. Pada acara-acara penting, Anjungan ini juga digunakan untuk menerima tamu.
Ruang Pasiban adalah ruang sakral yang hanya boleh dimasuki oleh kepala suku atau tamu terhormat.
Mereka biasanya menggunakan ruang ini untuk merencanakan hal-hal penting atau bermusyawarah seperti upacara atau acara adat.
Lampung memiliki seni musik yang disebut Gamelan Lampung. Ruangan Tetabuhan inilah yang digunakan untuk menyimpan alat musik tersebut. Gamelan Lampung yang unik ini terinspirasi dari gamelan Jawa.
Kenali Rumah Adat Banten beserta Penjelasan dari Keunikan dan Sejarah Singkatnya
Pada dasarnya Rumah Nuwo Sesat tidak dibangun untuk warga biasa, melainkan untuk pejabat tinggi/pemimpin untuk bermusyawarah. Kegiatan musyawarah ini memakan waktu yang lama, maka dari itu dibuatlah ruangan Gajah Merem.
Ruangan ini terinspirasi dari gajah yang dipercaya masyarakat Lampung sebagai pemimpin. Bersama dengan kata Merem artinya pemimpin yang butuh istirahat.
Itulah informasi mengenai rumah adat Lampung dan keunikannya. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kamu.
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:
Kost Dekat UNPAD Jatinangor
Kost Dekat UNDIP Semarang
Kost Dekat Unnes Semarang
Kost Dekat ITB Bandung
Kost Dekat ITS Surabaya
Kost Dekat Unesa Surabaya
Kost Dekat UNAIR Surabaya
Kost Dekat UIN Jakarta
Jenis-jenis Rumah Adat Lampung Nuwo Sesat
Selain memiliki desain dan model rumah yang unik, rumah adat Lampung Nuwo Sesat juga memiliki beberapa jenis lho!
Berikut jenis-jenis rumah adat Nuwo Sesat diantaranya :
Rumah Adat Nuwou Sesat
Dilansir dari buku Mengenal Seni dan Budaya Indonesia oleh R Rizky dan T Wibisono, ciri khas rumah adat Nuwou Sesat adalah lambang garuda yang menjadi marga masyarakat Lampung. Bangunan ini berguna sebagai tempat musyawarah antar marga.
Bahan bangunan rumah adat tersebut sebagian besar adalah kayu. Bentuk rumahnya seperti panggung agar kokoh apabila terjadi gempa bumi sekaligus untuk menghindari serangan hewan.
Di bawah ini adalah ciri khas dari rumah adat Nuwou Sesat:
Rumah Adat Lamban Pesagi (Lampung Barat)
Melansir laman resmi Kemdikbud, ciri khas rumah adat Lamban Pesagi dapat dilihat dari bangunan tradisionalnya. Rumah adat yang masih bertahan tersebut terletak di desa Kenali, Lampung dengan ukuran 8,79 × 7,43 × 9,58 meter berorientasi utara-selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ruang dalam rumah adat Pesagi dibagi sangat sederhana yakni ruang tengah, kamar dan dapur. Terbuat dari konstruksi kayu dan bambu dan serta atapnya yang ditutup ijuk, bangunan tersebut berlantaikan pelupuh bambu.
Lamban Pesagi merupakan rumah tradisional masyarakat Lampung yang menjadi aset warisan budaya. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata pun menetapkannya sebagai situs rumah tradisional Pesagi berdasarkan UU RI No. 5 Tahun 1992.
Macam-macam Rumah Adat Lampung
Kami mengkategorikan rumah adat dari Lampung ke dalam enam macam. Ada yang digunakan untuk rumah tinggal, rumah tetua, hingga rumah sementara.
Baca juga : 9 Rumah Adat Jawa Timur dan Filosofinya
Semuanya sudah ada sejak zaman dulu, dan kini masih dilestarikan atau bisa kamu lihat di museum atau wilayah tinggal masyarakat Lampung yang masih kental dengan budaya tradisional.
Balak adalah rumah adat yang digunakan untuk tempat tinggal kepala adat. Inilah yang tadi disebut dengan Lambahan Gedung. Penamaan tersebut diberikan, dengan catatan, jika pemilik rumah merupakan penyimbang marga atau keturunan dari tokoh dari marga tertentu yang ditetuakan. Sehingga, rumah adat disebut sering dimanfaatkan sebagai Bandar (marga) Agung.
Baca juga : 7 Rumah Adat Sulawesi Selatan, Masih Dilestarikan Hingga Kini
Jika bukan dari keturunan tertentu, pemilik rumah adat balak di masa lalu merupakan orang-orang kaya. Tidak mengherankan jika ukurannya lebih besar daripada rumah orang Lampung pada umumnya.
Umumnya, tipe rumah balak menggunakan model segi empat. Ada yang disebut Pesagi dan Mahanyuk’an. Pesagi merupakan rumah adat berbentuk persegi empat, sedangkan mahanyuk’an berbentuk persegi panjang.
Baik Lamban/Nowou/Lambahan Balak Pesagi maupun Mahanyuk’an, memiliki karakteristik yang sama. Rata-rata, rumah-rumahnya sudah sangat tua karena ditinggal oleh pewarisnya pergi ke kota. Sehingga dijadikan museum atau tempat pusaka. Salah satunya bisa kamu lihat di Pekon Kenali (Pesagi) dan di Pagardewa (Mahanyuk’an).
Baca juga : Rumah Adat Betawi Beserta Filosofinya, yang Penting Untuk Diketahui
Meski tampak sederhana, rumah adat beserta area serambi dan pekarangan terdiri dari 15 ruang untuk memenuhi kebutuhan harian yang beragam. Ada yang digunakan untuk menyimpan hasil bumi, tempat mencuci kaki, tempat istirahat/menerima tamu, ruang bermusyawarah, dan lain sebagainya.
Tidak bermakna negatif seperti yang didefinisikan kamus, Sesat merupakan rumah adat yang dikhususkan untuk tempat bermusyawarah terkait hal-hal yang berhubungan dengan adat.
Baca juga : Polisi Tangkap Pembunuh Guru di Mesuji
Berbeda dengan rumah Balak yang dijadikan tempat musyawarah terkait permasalahan dengan kerabat dekat, Surat terbuka untuk siapapun bagi mereka yang ingin bermusyawarah dengan warga setempat.
Rumah adat Sesat berbentuk persegi panjang membentuk huruf T dengan tiang besar hingga mencapai 3 meter. Seiring perkembangan peradaban, rumah Sesat tidak lagi dibangun dengan tiang yang menjulang. Dikarenakan sudah tidak lagi khawatir dengan keberadaan binatang buas maupun kelompok tertentu seperti zaman dahulu.
Jika pun ciri khas ini masih dilestarikan, maka sudah pasti rumah tersebut merupakan rumah pusaka sebagai cagar budaya pemerintah. Salah satunya bisa kamu temukan di daerah Tulang Bawang tengah.
Baca juga : PT Timah Dukung Pembangunan Rumah Adat Sentana Jering Amantubillah
Karena fungsinya sebagai ruang musyawarah, Sesat tidak memiliki banyak ruangan. Beberapa di antaranya yaitu anjung sebagai “serambi” untuk pertemuan kecil dan “gajah merem” untuk tempat para penyimbang beristirahat.
Selain untuk bermusyawarah, Sesat juga menjadi tempat untuk pertemuan acara bujang-gadis, menikmati hiburan tarian dan nyanyian, dan upacara adat Lampung lainnya.
Baca juga : 5 Senjata Tradisional Lampung Populer yang Wajib Kamu Ketahui
Pemanohan adalah rumah adat yang difungsikan sebagai tempat penyimpanan. Bukan tempat penyimpanan biasa, melainkan tempat penyimpanan benda-benda pusaka. Benda-benda ini diyakini berkekuatan sakti sehingga ditaruh di rumah adat khusus yang dinamakan Pemanohan.
Beberapa benda pusaka yang ditaruh di Pemanohan yakni bedang minak. Pedang tersebut bisa bergerak-gerak jika pemakainya sedang dalam bahaya, semisal diserang hewan buas.
Maka dari itu, bentuknya lebih sederhana dibanding Balak dan Sesat. Biasanya, Pemanohan dibuat dari atap ijuk dan memiliki pekarangan luas. Ada juga yang berupa kemasi galung, yakni sebuah tombak sakti yang bisa melompat dari atap rumah panggung ke bawah tanah tanpa harus menuruni tangga.
Baca juga : Kopnuspos Gelar Program Berbagi Kebahagiaan Bersama Pensiunan di Lampung
Lainnya yakni ada umbul “KO” (batu sakti dari hati manusia), batu ilahan (batu penyembuh penyakit), dan terbangan (rebana genderang perang). Meski tampaknya unik, benda-benda tersebut tidak dijadikan sebagai hiasan rumah, namun disimpan dalam rumah adat Pamanohan.
Melihat fungsinya yang sangat krusial sebagai tempat penyimpanan benda-benda pusaka yang bernilai mistis dan berharga bagi masyarakat lampau Lampung, tidak mengherankan jika rumah Sesat masih dijaga kelestariannya.
Baca juga : Kecelakaan Beruntun di Bakauheni, Sopir Bus Eva Star Tersangka
Sapeu tergolong sebagai rumah adat tradisional Lampung untuk tempat tinggal sementara. Sapeu sendiri terbagi menjadi beberapa jenis, tergantung dari penggunaannya.
Pertama, bernama Kubu/Kubuw/Petaruan. Meski tergolong seperti bangunan darurat, namun bangunan ini juga digolongkan sebagai rumah adat. Fungsinya yaitu untuk tempat berlindung di ladang-ladang, tanpa dinding, dan berukuran 2 meter.
Kedua, jenis rumah tradisional adat Kapalas dengan atap dari alang-alang. Biasanya, digunakan untuk tempat menjaga padi.
Baca juga : Kecelakaan Beruntun di Pelabuhan Bakauheni, Satu Meninggal
Terakhir merupakan Sapeu terpopuler yang dikenal dengan nama Anjung. Bentuknya seperti rumah tinggal biasa, dengan pola rumah memanjang kotak, tiang tangga antara 1,5-2 meter, dan terdapat ruangan-ruangan yang lengkap.
Sama seperti rumah adat sebelumnya, Walai juga difungsikan untuk tempat penyimpanan. Tapi khusus untuk menyimpan padi yang dikenal dengan lumbung padi atau Balai. Bisa dibilang, bangunan ini termasuk ke dalam area rumah tinggal. Tepatnya, dibangun di belakang rumah tinggal.
Baca juga : Ratusan Rumah di Natar Lampung Selatan Terdampak Banjir
Tempat penyimpanannya ditaruh di tempat khusus terpisah dari rumah guna menjaga udara sekitar tetap terjaga dari polusi yang ditimbulkan oleh debu-debu kulit padi. Pemisahan seperti ini juga cukup efektif untuk meminimalisir gangguan ayam saat sedang menjemur padi.
Walai tidak banyak memiliki bagian ruangan. Hanya terdiri dari dua ruangan, yaitu untuk melepas bulir padi dan simpan padi.
Walaupun tidak semuanya semewah rumah panggung Sumatera, justru arsitektur yang fungsional dan berfilosofi mendalam cukup mencerminkan kepintaran dan kebijaksanaan para leluhur Lampung dalam menata kehidupan sosial. Baik dengan manusia, yang diyakini sebagai pemegang kendali dunia, serta alam.
Terdapat beberapa jenis rumah adat Lampung yang terkenal dan masih dilestarikan hingga saat ini. Masing-masing memiliki ciri khas dan fungsi yang berbeda-beda. Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai jenis-jenis rumah adat Lampung:
Nuwo Sesat, yang juga dikenal sebagai Sesat Balai Agung, merupakan salah satu jenis rumah adat Lampung yang paling ikonik. Nama "Nuwo" berarti rumah, sedangkan "Sesat" berarti adat. Jadi, Nuwo Sesat dapat diartikan sebagai rumah adat atau balai adat.
Fungsi utama Nuwo Sesat adalah sebagai tempat pertemuan dan musyawarah para pemimpin adat atau penyimbang. Bangunan ini biasanya memiliki ukuran yang cukup besar dan terdiri dari beberapa ruangan dengan fungsi khusus, antara lain:
Nuwo Sesat memiliki arsitektur yang megah dengan atap berbentuk limas atau segitiga. Ornamen ukiran yang indah menghiasi berbagai bagian bangunan, mencerminkan kekayaan seni dan budaya masyarakat Lampung.
Lamban Pesagi adalah jenis rumah adat yang berasal dari masyarakat Lampung Barat. Nama "Lamban" berarti rumah, sedangkan "Pesagi" merujuk pada bentuk denah rumah yang persegi.
Ciri khas Lamban Pesagi antara lain:
Lamban Pesagi biasanya terdiri dari beberapa ruangan seperti ruang tamu, kamar tidur, dapur, dan ruang keluarga. Rumah ini menjadi simbol kekuatan dan kebersamaan dalam budaya Lampung Barat.
Rumah adat Sukadana berasal dari daerah Lampung Timur. Bentuknya mirip dengan Lamban Pesagi, namun memiliki beberapa perbedaan yang signifikan. Ciri khas rumah adat Sukadana antara lain:
Rumah adat Sukadana biasanya terdiri dari ruang tamu, kamar tidur, dapur, dan ruang keluarga. Desainnya yang unik mencerminkan adaptasi masyarakat Lampung terhadap kondisi alam di wilayah mereka.
Nuwo Balak, yang berarti "rumah besar", adalah jenis rumah adat yang biasanya dimiliki oleh para pemimpin adat atau orang-orang terpandang dalam masyarakat Lampung. Bangunan ini memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan rumah-rumah lainnya dan sering digunakan sebagai tempat tinggal sekaligus tempat pertemuan.
Karakteristik Nuwo Balak antara lain:
Nuwo Balak biasanya memiliki beberapa ruangan seperti ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur, dan dapur. Rumah ini menjadi simbol status sosial dan kewibawaan pemiliknya dalam masyarakat Lampung.
Mahanyukan adalah jenis rumah adat yang berasal dari masyarakat Lampung Pesisir. Nama "Mahanyukan" berarti "mengalir", yang mencerminkan filosofi hidup masyarakat pesisir yang fleksibel dan adaptif terhadap perubahan.
Ciri khas rumah adat Mahanyukan antara lain:
Mahanyukan biasanya terdiri dari beberapa ruangan seperti ruang tamu, kamar tidur, dapur, dan ruang keluarga. Desainnya yang sederhana namun fungsional mencerminkan kearifan lokal masyarakat pesisir Lampung dalam beradaptasi dengan lingkungan mereka.
Rumah adat merupakan sebuah bangunan yang dibuat dengan ciri khusus unsur kebudayaan. Bangunan tersebut berfungsi sebagai tempat hunian atau lainnya dari satu generasi ke generasi selanjutnya pada masa dulu.
Di Provinsi Lampung, keanekaragaman budaya bisa dilihat dari rumah adatnya. Selengkapnya, berikut detikSumbagsel hadirkan 3 macam rumah adat Lampung dilansir dari berbagai sumber. Simak artikel ini hingga akhir, ya, detikers!
Rumah Adat Sukadana (Lampung Timur)
Menurut laman resmi Kemdikbud, rumah adat Sukadana terletak di desa Sukadana, Lampung. Arsitektur bangunan tradisionalnya dibedakan menurut fungsi, seperti tempat tinggal, tempat ibadah, balai adat, tempat menyimpan benda-benda pusaka dan lumbung.
Menurut strata kepemilikan, rumah adat Sukadana dibedakan menjadi tiga, di antaranya lamban balak milik penyimbang marga, lamban gedung milik penyimbang suku dan lambing milik masyarakat umum. Tipe rumahnya berdenah bujur sangkar dan besar.
Rumah Sukadana terbuat dari kayu dan umumnya menghadap ke arah jalan. Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat Lampung pada masa lalu memiliki keterampilan di bidang pertukangan, khususnya kayu.
Nah, demikian penjelasan tentang tiga macam rumah adat Lampung. Semoga artikel ini menambah pengetahuan, ya, detikers!
Artikel ini ditulis oleh Felicia Gisela Sihite, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.